Nilai Tukar Petani Juni 2016
Jadwal Rilis :
Ukuran File :
Hit :
Abstraksi
erchange-newline">
Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan di beberapa daerah di Provinsi Aceh pada bulan Juni
2016, NTP sebesar 95,83 mengalami penurunan indeks sebesar 1,12 persen, hal ini dikarenakan indeks
yang diterima petani (It) mengalami penurunan sebesar 0,87 persen sedangkan indeks yang dibayar petani
(Ib) meningkat sebesar 0,26 persen.
Bila dirinci menurut subsektor, diketahui bahwa terjadi penurunan NTP pada 3 subsektor yaitu Hortikultura
sebesar 2,53 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 2,32 persen, dan Tanaman Pangan sebesar
1,20 persen, sedangkan 2 subsektor mengalami peningkatan yaitu Peternakan sebesar 1,51 persen dan
Perikanan sebesar 1,34 persen.
Indeks Harga yang Diterima Petani (It) pada Juni 2016 menurun sebesar 0,87 persen dibandingkan It bulan
sebelumnya. Penurunan It terjadi pada 3 subsektor yaitu Hortikultura sebesar 2,31 persen, Tanaman
Perkebunan Rakyat sebesar 2,10 persen, dan Tanaman Pangan sebesar 0,84 persen, sedangkan 2
subsektor mengalami peningkatan yaitu Peternakan sebesar 1,62 persen dan Perikanan sebesar 1,74
persen.
Pada bulan Juni 2016 di Provinsi Aceh, Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) meningkat sebesar 0,26
persen bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yaitu dari 121,92 menjadi 122,24. Peningkatan Ib
terjadi pada seluruh subsektor. Adapun subsektor dengan peningkatan Ib tertinggi terjadi pada Perikanan
sebesar 1,74 persen sedangkan subsektor yang mengalami peningkatan terendah adalah subsektor
Peternakan sebesar 0,11 persen.
Dari 33 Provinsi yang dilaporkan perubahan NTP Juni 2016 terhadap bulan sebelumnya, terdapat 17 Provinsi
yang mengalami penurunan sedangkan 16 Provinsi mengalami peningkatan. Provinsi yang mengalami
penurunan tertinggi berturut-turut adalah Bengkulu 2,16 persen, diikuti Riau sebesar 1,67 persen, serta
Sumatera Barat sebesar 1,20 persen. Sedangkan Provinsi yang mengalami peningkatan tertinggi terjadi di
Sulawesi Tenggara sebesar 1,10 persen, Papua sebesar 0,92 persen, dan Sulawesi Barat sebesar 0,84
persen.
Berdasarkan pemantauan harga-harga kebutuhan rumahtangga di beberapa daerah pedesaan di Provinsi
Aceh pada bulan Juni 2016 terjadi inflasi di pedesaan sebesar 0,31 persen yaitu terjadi perubahan indeks
konsumsi rumahtangga dari 124,39 pada bulan Mei 2016 menjadi 124,78 pada bulan Juni 2016.
Inflasi di Pedesaan yang terjadi di wilayah Provinsi Aceh pada bulan Juni 2016 disebabkan oleh naiknya
indeks kelompok Sandang sebesar 1,40 persen, diikuti oleh Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau
sebesar 0,94 persen, Kesehatan sebesar 0,34 persen, Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga sebesar 0,21
persen, Transportasi dan Komunikasi sebesar 0,17 persen, Perumahan sebesar 0,16 persen, sedangkan
Bahan Makanan turun sebesar 0,05 persen.
Dari 10 Provinsi di Sumatera yang dilaporkan pada bulan Juni 2016, seluruhnya terjadi inflasi. Inflasi tertinggi
terjadi di Provinsi Bengkulu sebear 1,19 persen, diikuti Riau sebesar 0,80 persen, dan Sumatera Selatan
sebesar 0,80 persen, sedangkan Provinsi yang mengalami inflasi terendah adalah Sumatera Utara dan Aceh
masing-masing sebesar 0,30 persen dan 0,31 persen.
Selama Juni 2016, di tingkat petani, terjadi penurunan rata-rata harga gabah kualitas GKP sebesar 2,89
persen sedangkan kualitas GKR naik sebesar 0,15 persen. Sejalan dengan harga gabah di tingkat petani,
pada bulan Juni 2016, harga gabah di tingkat penggilingan, juga terjadi peningkatan rata-rata harga gabah
kualitas GKP sebesar 2,66 persen sedangkan kualitas GKR naik sebesar 0,14 persen.